Sabtu, 12 April 2014

Uni Eropa Takut Terhadap Rusia?

Headline
Bendera Uni Eropa dan Rusia - (Foto: Riset)
 - Usaha Presiden Amerika Serikat Barack Obama mengucilkan Rusia, kurang mendapat dukungan dari Uni Eropa. Akibatnya, tekanan Amerika Serikat (AS) kepada Rusia secara politik dan psikologis tidak efektif. Sementara desakan agar 16 ribu personel militer Rusia keluar dari Krimea, Ukraina, tak mungkin dipaksakan Washington.
Kurangnya dukungan Eropa antara lain tercemin dari sikap Jerman dan Inggris, dua negara industri terkemuka di Eropa Barat. Jerman sekalipun tidak secara eksplisit, tetapi sudah mengindikasikan menolak gagasan Washington untuk memboikot KTT G-8 Juni 2014 di Sochi, Rusia.
Tidak hanya itu. Jerman tidak setuju mengeluarkan Rusia dari keanggotaan Group of Eight (G-8, Kelompok Delapan). Anggota G-8, selain Jerman, Rusia dan AS, terdapat Inggris, Perancis, Itali, Jepang dan Kanada.

Inggris dan Jerman, merupakan mitra penting AS di daratan Eropa. Selain menjadi anggota G-8, kedua negara bergabung dengan AS di NATO, pakta militer Atlantik Utara, yang didirikan AS. Sehingga tanpa dukungan kedua negara itu, posisi AS dalam menghadapi Rusia, sedikit melemah bahkan terlalu lemah.
Di era Perang Dingin, NATO merupakan saingan atau musuh Pakta Warsawa. Pakta militer ini dipimpin Rusia (dulu Uni Sovyet) dengan anggotanya dari semua negara blok komunis di Eropa Timur.
Sikap Inggris, juga tidak terlalu terang-terangan. Inggris masih agak mendua. Sebab sejak Senin 3 Maret 2014, Menteri Luar Negerinya, William Hague, sudah hadir di Kiev, ibukota Ukraina. Tujuannya untuk mencari solusi segera.
Tapi sebuah dokumen penting dari Downing Street, Kantor Perdana Menteri David Cameron - yang berhasil dipotret secara rahasia oleh seorang fotografer profesional, memperlihatkan, Inggris tidak setuju dengan gagasan AS yang mau menjatuhkan sanksi ekonomi kepada Rusia.
Bagi Inggris, sekalipun Rusia sudah menempatkan ribuan pasukannya di Krimea, kepada negara beruang salju itu, perlu dilobi melalui jalur-jalur diplomatik. Artinya sikap keras Rusia, tidak harus dihadapi dengan cara kekerasan.
Tidak kuatnya dukungan Eropa terhadap usulan AS, ditengarai karena secara bisnis dan investasi Eropa dan Rusia, memiliki jaringan kerja sama yang kuat. Bisnis Eropa dengan Rusia mencapai US$460 miliar sementara AS dengan Rusia tidak sampai US$40 miliar.
Para analis lainnya di Amerika Serikat, meragukan kemungkinan Washington menerapkan sanksi ekonomi pada Rusia.
Sejumlah perusahaan AS memiliki usaha raksasa di Rusia. Bagi Pepsi Cola, Rusia merupakan pasar kedua terbesar di dunia. Perusahaan AS lainnya yang memiliki bisnis di Rusia, fabrikan pesawat terbang Boeing, produsen modil General Motors dan industrian di bidang energi ExxonMobil.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar