BRUSSELS, TRIBUN - Rusia kini berubah menjadi
bangsa yang berbahaya. Presiden Lituania Dalia Grybauskaite, Kamis
(6/3), di Brussels, Belgia, memperingatkan, setelah menginvasi Ukraina,
mereka akan menyerbu Moldova dan selanjutnya negara lain. Rusia terus
berupaya menggeser dan memperluas perbatasannya.
Peringatan
Grybauskaite itu disampaikan di sela-sela pertemuan darurat Uni Eropa
untuk membahas sanksi bagi Rusia yang sejak sepekan terakhir
terang-terangan menginvasi negara berdaulat Ukraina. Meski terus
disangkal oleh Presiden Rusia Vladimir Putin dan Menteri Luar Negeri
Sergei Lavrov, kenyataan keberadaan 16.000 tentara Rusia di Semenanjung
Crimea tak bisa disangkal.
Crimea sejak sepekan
terakhir praktis dikuasai militer Rusia. Mereka mengendalikan semua
pusat pemerintahan dan gedung parlemen serta mengepung basis-basis
militer dan menjadikan tentara Ukraina terpenjara di negerinya sendiri.
Kecaman dunia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa dianggap sepi oleh penguasa
Kremlin yang beralasan mereka melindungi kepentingan dan etnis Rusia di
negara berdaulat Ukraina.
Di Brussels, para pemimpin
negara-negara blok ekonomi Eropa yang beranggotakan 28 negara, kemarin,
berdiskusi dengan ketat tentang sanksi yang hendak dijatuhkan kepada
Moskwa. Sanksi bisa dihindari jika Rusia menarik pasukannya dari Crimea
atau menunjukkan kesungguhan dialog untuk meredakan tensi di negara yang
dahulu menjadi bagian dari Uni Soviet itu.
”Kami
harus menyampaikan pesan yang jelas kepada Pemerintah Rusia bahwa apa
yang terjadi sungguh tidak dapat diterima dan harus ada konsekuensinya,”
ujar Perdana Menteri Inggris David Cameron.
Kanselir
Jerman Angela Merkel yang punya hubungan khusus dengan Putin
menambahkan, ”Apakah (sanksi) akan mulai berlaku tergantung juga pada
bagaimana proses diplomatik berlangsung.”
Sementara
itu, di Simferopol, ibu kota Republik Otonom Crimea yang menjadi bagian
dari Ukraina, parlemen meminta menjadi bagian dari Federasi Rusia.
Parlemen Crimea mengatakan, jika permintaan itu dikabulkan, mereka akan
menggelar referendum pada 16 Maret.
Crimea,
semenanjung yang menjorok ke Laut Hitam, menjadi duri dalam daging
Ukraina. Di wilayah itu, penduduk beretnis Rusia mendominasi dengan 58,5
persen. Sementara etnis Ukraina (24,4 persen) dan Tatar (12,1 persen)
justru menjadi minoritas.(AFP/AP/Reuters/kompas)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar